Hari ini Rabu, 1 Juni 2022 bertepatan dengan lahirnya Pancasila pelatihan belajar menulis memasuki pertemuan ke-7. Tema pada pertemuan ini cukup menarik yaitu "Mengatasi Writer's Block" bersama narasumber Ibu Ditta Widya, S.Pd. Gr. dan moderator alumni BM ke-24 Ibu Lely Suryani.
Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr. merupakan guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat, masih muda dan berprestasi. Profil lengkapnya dapat diakses pada tautan berikut.
Seorang penulis baik profesional maupun pemula terkadang saat menulis mendadak kehilangan ide untuk mengembangkan kata-kata. Terlebih kalau menulis itu disertakan ketentuan dan syarat maka menulis menjadi menjadi melambat, terasa sulit, pikiran jadi buntu. Apabila hal ini terjadi maka seirang penulis terserang "writers block" atau kebuntuan menulis.
Pengertian Writer's Block
Wikipedia mengartikan writer's block sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya.
Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda seorang penulis terserang WB (writer's block).
Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis.
Berapa Lama Writer's Block Bisa Terjadi?
Jawabannya tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi WB tersebut. Dengan kata lain, WB bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun.
Sampai kapan keadaan ini akan berakhir dan terus berlangsung?
Agar bisa mengatasi writer's block, langkah pertama yang harus penlis lakukan adalah mengetahui penyebabnya.
Penyebab Writer's Block
- Mencoba metode/topik baru dalam menulis
- Stress
- Lelah fisik
- Terlalu perfeksionis
- Mencoba metode/topik baru
Mencoba topik baru dalam menulis bisa jadi merupakan penyebab writer's block (WB).
Misal, seperti tantangan narasumber di awal materi. Bagi yang mengetahui sejarah hari lahirnya Pancasila, mungkin tak kan mengalami kesulitan dalam menulis.
Tapi bagaimana dengan orang-orang yang merasa bahwa ini adalah "topik baru" dalam bahan tulisan mereka?
Maka, WB bisa saja datang kepada orang-orang yang masih asing dengan topik tulisannya.
Tapi, jika kemudian penulis meneguhkan komitmen, lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk bisa segera dihancurkan.
Jadi membaca referensi tambahan bisa jadi salah satu solusi mengatasi WB.
Tak hanya topik baru, metode baru dalam menulis pun bisa membuat kita terserang WB.
Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda.
Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya.
Pada kasus ini, mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB.
- Stress (lelah fisik dan mental)
Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres dan Solusinya dalam Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh Admin Admin dan Himma (2019) disebutkan bahwa stress adalah respon tubuh yang diakibatkan karena adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Baik stres, lelah fisik maupun mental bisa juga menjadi sebab-sebab kita terserang WB.
Misal kita dituntut menyelesaikan tulisan untuk segera dikirim. Ketika stres, bisa jadi kita malah kehilangan inspirasi untuk melanjutkan menulis.
Meski stres dan lelah fisik bisa menyebabkan WB, sesungguhnya menulis pun bisa dijadikan salah satu cara healing terbaik.
Caranya? Dengan metode jurnal meditasi, yaitu menulis bebas untuk mengungkapkan apa yang sedang kita rasakan, tanpa menghakimi semua perasaan yang kita tulis tersebut.
Buat saja tulisan ekspresif. Curhat tentang segala yang dirasa, dikeluhkan (jika ada), dsb.
Jika sudah tenang, maka inspirasi akan muncul kembali dan kita bisa melanjutkan menulis.
- Terlalu perfeksionis
Terakhir, salah satu hal yang dapat menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.
Seorang penulis dikatakan sukses apabila tulisannya banyak yang baca atau bukunya best seller.
Setelahnya itu penulis akan berusaha keras bagaimana caranya agar tulisanya bisa menarik banyak pembaca lagi? Bagaimana agar tulisannya banyak dikomentari lagi? Bagaimana agar tulisannya menjadi sempurna.
Ketika hal ini terjadi, ada dua kemungkinan, penulis tetap melaju dengan tulisannya atau penulis terserang WB dan mulai tersendat sendat menulisnya.
Ingin menghasilkan yang terbaik itu perlu. Tapi, bila terlalu perfeksionis justru penulis akan terserang WB. Kecepatan menulis berkurang, ide-ide terasa hilang, sulit fokus setiap kali akan menulis.
Jadi pada kasus ini tetap menulis dan menulis merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi WB, karena tujuan utama menulis bukan seberapa banyak orang yang baca tapi seberapa besar kita bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Singkat, padat dan jelas 👍 Tetap semangat 💪
BalasHapusMantap
BalasHapusMenulis dan tetap menulis, semangat bu tak temani
BalasHapusBu athiya resume nya cakep bgt yaa
BalasHapus